Tumpang Sari Jahe Tingkatkan Kesejahteraan Petani

By Abdi Satria


nusakini.com-Cianjur-Salah satu program Kementerian Pertanian adalah fokus dalam pengembangan tanaman obat. Pada 2019, Direktorat Jenderal Hortikultura memberikan bantuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat. Secara nasional, bantuan kawasan jahe seluruhnya 290 hektare. Salah satu kabupaten sentra yang mendapatkan bantuan pengembangan di antaranya Kabupaten Cianjur seluas 15 hektare.

Secara nasional usaha budidaya jahe sangat menjanjikan, pada 2017 produksinya mencapai 216.586 ton. Sementara itu volume ekspor jahe apabila dirata - ratakan menunjukkan peningkatan sebesar 41 persen per tahun dengan volume ekspor pada 2018 sebesar 47,04 ribu ton. Melihat tren peningkatan, Kementerian Pertanian terus berupaya memperluas area tanam.

“Petani bisa memilih jenis jahe yang akan ditanam, yaitu jahe gajah, jahe merah atau jahe emprit. Sudah tentu sesuai permintaan pasar dan jangan lupa kesesuaian lahannya,” ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh. Ismail Wahab saat berkunjung ke Desa Kutawaringin, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. 

Selain itu Ismail merekomendasikan kepada petani untuk tidak hanya mengembangkan budidaya sayuran dan tanaman obat secara monokultur. Jahe bisa dibudidayakan dengan sistem tumpang sari untuk mengantisipasi terjadinya kerugian yang mungkin dapat timbul apabila menanam satu jenis tanaman saja.

"Kita bisa lihat pertanaman tumpang sari yang efisien dalam memanfaatkan lahan. Di sini ada tanaman jagung manis, cabai dan jahe yang semuanya adalah jenis tanaman hortikultura," kata Ismail.

Pola tanam tumpang sari bisa saling menutupi bila ada harga yang jatuh di salah satu tanamannya. Selain itu petani bisa mendapatkan pendapatan mingguan dari panen cabai. Sementara pendapatan bulanan bisa dihasilkan dari panen jagung manis dan jahe.

Membudidayakan jahe tumpang sari dengan cabai atau dengan cabai dan jagung manis merupakan kegiatan yang dilaksanakan beberapa tahun terakhir. Keuntungannya pun dapat dirasakan petani.

"Tanaman jahe saya biasanya tumpang sari dengan cabai keriting. Saat ini dengan cabai dan jagung manis. Biaya pupuk di jahe bisa tertutupi dari hasil panen cabe. Saya sudah 15 tahun menanam jahe, tidak pernah berhenti. Alhamdulillah, hampir tidak pernah rugi,” ujar Asep, salah satu petani.

Dengan pola tumpang sari ini, diperkirakan Asep mendapat keuntungan bersih sebesar Rp 81 juta dari tiga komoditas tersebut. Sebanyak Rp 70 juta khusus dari hasil panen 12 ton jahe. 

"Panen jagung diperkirakan 7 ton. Apabila harga per kg Rp 3700 maka keuntungannya bisa mencapai Rp 26 juta. Sementara cabai bisa tujuh kali panen dengan kisaran 1,6 ton. Jika harga cabai Rp 4 ribu per kg, perkiraan keuntungan sebesar Rp 45 juta. Dengan modal kisaran Rp 60 juta, maka keuntungan bertanam tiga komoditas berkisar Rp 81 juta," papar Asep.

Pertanaman jahe yang dimulai pada September tahun lalu diperkirakan panen pada bulan puasa. Penjualan dilakukan ke Pasar Tanah Tinggi maupun Pasar Kramat Jati. Selain itu untuk memasok industri jamu di sekitar Kabupaten Cianjur dengan harga yang baik. Kegiatan tumpang sari ini tentunya akan meningkatkan kesejahteraan petani jahe di Kabupaten Cianjur.(p/eg)